Pramuka Kota Bandung |
Makalah Ilmiah Kebumian Ajang Unjuk Keberanian Menulis Karya Ilmiah Para Peneliti Posted: 18 Jun 2015 01:24 AM PDT Asep Kurnia Permana (ketiga dari kiri) salah satu pembicara dari Pusat Survei Geologi memaparkan makalahnya berjudul "Characteristics of the Triassic Soursce Rocks in the west Timor Basin" pada acara "Seminar Pemaparan Makalah Ilmiah Kebumian" yang diselenggarakan Badan Geologi KESDM di Auditorium Lt. II, Badan Geologi, Jalan Diponegoro Bandung, Selasa (16/6/2015). Acara ini menghadirkan 6 pembicara dan diikuti sejumlah perwakilan Unit-Unit di lingkungan Badan Geologi, Mahasiswa, dan Komunitas Saresehan Geologi Populer. Salah satu cara mempublikasikan beragam kegiatan Badan Geologi kepada masyarakat, baik melalui media cetak maupun elektronik, dimana sebagai lembaga teknis kebumian, tidak hanya berkewajiban menyediakan informasi bagi kebutuhan sektor energi dan sumber daya mineral saja, namun mampu menyiapkan data bagi pengembangan wilayah, rencana penyusunan tata ruang maupun upaya mitigasi bencana geologi. "Data dan informasi tersebut sangat bermanfaat bagi perkembangan kegeologian di tanah air sehingga perlu disebarluaskan kepada pemangku kepentingan salah satu caranya melalui penerbitan karya tulis ilmiah berupa jurnal, bulletin, atau majalah baik berbentuk cetak ataupun elektronik, nasional maupun internasional," ujar Kepala Badan Geologi, Surono dalam sambutan singkatnya yang dibacakan Kepala Bagian Perencanaan dan Evaluasi, Oman Abdurachman pada pembukaan "Seminar Pemaparan Makalah Ilmiah Kebumian" yang diselenggarakan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di Auditorium Lt. II, Badan Geologi, Jalan Diponegoro Bandung, Selasa (16/6/2015). Menurut Surono, agar penerbitan jurnal ilmiah Badan Geologi dapat berkualitas dibutuhkan dukungan dari semua pihak, terutama dari para pejabat fungsional dan fungsional muda yang mampu menuliskan semua hasil penelitian/penyelidikan mereka dalam terbitan ilmiah." Perlu adanya dorongan serta dukungan bagi calon penulis agar terbentuk rasa percaya diri dan merangsang minat manulis bagi para pejabat fungsional, terutama para fungsional muda agar berani menuliskan hasil penelitian/penyelidikannya dalam terbitan ilmiah," jelas Surono. Usai pembukaan, Ronaldo Irzon dari Pusat Survei Geologi berkesempatan menjelaskan mengenai penelitian Geo Kimia batuan Granit yang dilakukannya di pulau Muncung dan Tanjungbuku Kepulauan Riau dalam makalahnya berjudul "Contrasting Two Fasieses of Muncung Granite Using Major, Trace, and Rare Earth Elements Geochemistry". "Kepulauan Riau terdiri dari 400 lebih pulau, tapi lokasi penelitian kita dipokuskan pada tiga pulau besar saja, yaitu pulau Singkep, Lingga, dan Selayar, namun yang baru diteliti hanya batuan granit Muncung, satu sample dari Selayar dan tiga dari Lingga sisanya kita ambil dari pulau Singkep," tutur Irzon. Dalam paparannya, dijelaskan pula mengenai teknik penelitian geo kimia yang dipakai. Dimana pada prakteknya Ia mempergunakan dua alat, diantaranya: X-Ray Fluorescence (XRF) dan X Series Thermo ICP-MS. Termasuk penjelasan berdasarkan pengelompokkan batuan granit di ketiga pulau yang mana batuan granit di pulau Selayar dan Lingga termasuk ke dalam fasis A sedangkan Muncung Granit yang diambil dari pulau Singkep termasuk ke dalam pengelompokkan fasis B. Selain itu, dalam presentasinya tentang "Characteristics of the Triassic Soursce Rocks in the west Timor Basin", Asep Kurnia Permana dari Pusat Survei Geologi menuturkan bagaimana dalam penelitian yang dilakukannya pada tahun 2012 lalu di wilayah Timor, menggambarkan mengenai data-data eksplorasi tambang khususnya di cekungan Timor masih kurang. Termasuk gambaran tentang belum adanya sumur-sumur penambangan minyak dan gas terutama di kawasan timor barat yang berhasil dibor. Masih seputar makalah penelitian geo kimia, pada acara yang diikuti sejumlah perwakilan pegawai unit-unit di lingkungan Badan Geologi, Mahasiswa dan Komunitas Saresehan Geologi Populer tersebut, pemapar ke tiga, Muhamad Iqbal dari Sekretariat Badan Geologi menerangkan prihal potensi Oil Shale sebagai bahan energi alternatif berdasarkan hasil analisis makroskopis dan mikroskopis serta rock eval pyrolisis di kawasan Talawi, Lubuktaruk, dan Kiliranjao Sumatera Barat. Bagaimana dalam penelitian baik yang dilakukan di lapangan maupun laboratorium disimpulkan oil shale dari kawasan Talawi, Lubuktaruk, dan Kiliranjao memperlihatkan tingkat potensi hidrokarbon yang sangat baik sehingga diklasifikasikan sebagai lamosite tipe rundle dan merupakan batuan sumberhidrokarbon yang efektif. Dalam kesempatan berikutnya, Supartoyo dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menerangkan mengenai Kelas Tektonik Sesar Palu Koro Daerah Sulawesi Tengah yang dalam penelitiannya Ia menggunakan metode Morphometry sebagai alat ukur kuantitatif dari bentuk lahan yang nantinya membagi kelas tektonik satu wilayah ataupun sesar. Sesar Palu Koro sendiri, menurut Supartoyo merupakan salah satu sesar aktif di wilayah ini yang membentang mulai dari teluk Palu melewati lembah Palu Koro hingga ke daerah selatan. Sementara di wilayah yang sama, terdapat beberapa sesar aktif lainnya yaitu sesar Gorontalo, sesar Poso, sesar Matano, sesar Lawanae, dan sesar Lewonopo." Beberapa sesar ini karakteristiknya belum diidentifikasikan secara baik, hingga masih menjadi peluang untuk melakukan penelitian dan kajian yang lebih rinci," jelas Supartoyo. Pada makalah selanjutnya, Fungsional Penyelidik Bumi Badan Geologi, Igan S Sutawidjaja memaparkan tentang tragedi letusan Gunung Merapi yang terjadi pada 2010 lalu dikaitkan dengan kematian Mbah Marijan. Dimana karena efek dari letusan Merapi, selain menyebabkan longsor kubah lava menimbulkan pula awan panas, sehingga berakibat pula pada banyaknya korban jiwa berjatuhan yang disebabkan terkena dehidrasi, termasuk salah satu korbannya Mbah Marijan. Masih mengenai gunung api, Kepala Sub Bagian Evaluasi dan Laporan Sekretariat Badan Geologi, Priatna berkesempatan pula menerangkan mengenai Karakteristik Gas Vulkanik dan Implikasinya Terhadap Daerah Wisata Dataran Tinggi Dieng. Menurut Priatna, karakteristik gas vulkanik di kawah Sikidang, kawah Sikendang, dan kawah Sileri menunjukkan konsentrasi gas CO2 yang berbeda-beda. "Dataran Tinggi Dieng kini menjadi tujuan obyek wisata di Jawa Tengah, mengingat ancaman gas dapat terjadi setiap saat, maka pemantauan emisi gas vulkanik terutama pada objek-objek wisata mutlak harus terus ditingkatkan yang tentunya diimbangi dengan manajemen mitigasi bencana gunung api yang baik. Tidak hanya itu, Priatna dalam paparannya menunjukkan beberapa buku mengenai Wisata Dieng yang telah di publikasika Badan Geologi. Usai digelarnya Seminar Pemaparan Makalah Kebumian dilanjutkan dengan Saresehan Geologi Populer yang mengangkat tema Kawah Ijen. (Benny K/ BSN) |
You are subscribed to email updates from Pramuka Kota Bandung To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungannya, Tinggalkan komentar untuk perbaikan blog ini.
Pilih "Nama/Url" kalau tidak punya akun google