Responsive Ads Here

Sunday, August 5, 2012

Selamatkan Terumbu Karang Dunia

Sepertiga garis pantai tropis dunia terbentuk oleh terumbu karang. Ini adalah lingkungan yang amat produktif, yaitu 100 kali lebih produktif dibanding laut di sekelilingnya. Terumbu karang membentuk habitat biologis yang menyokong kehidupan bagi spesies di sekitarnya serta memasok sembilan juta dari 75-100 ton hasil tangkapan ikan dunia. Bayangkan ada sekira 130 juta orang yang tinggal di kawasan  terumbu karang dan mengandalkan ekosistemnya untuk mendapatkan pangan, pekerjaan, dan juga usaha wisata.
Indonesia bersama lima negara di Indo-Pasifik, yaitu Filipina, Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon, sepakat untuk serius mengupayakan pelindungan terhadap wilayah pesisir dan ekosistem terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang (coral triangle) di dunia. 6 negara yang merupakan anggota Coral Triangle Initiative for Coral Reef, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) ini mencanangkan 9 Juni sebagai Hari Terumbu Karang (Coral Triangle Day) atau CT Day dan akan diperingati setiap tahunnya. Penetapan ini dilakukan setelah seluruh negara anggota CTI-CFF memperingati Hari Kelautan Sedunia pada 8 Juni 2012 lalu.

Coral Triangle Initiative for Coral Reef, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) sendiri merupakan panggung keilmuan dunia yang dihadiri lebih dari 150  ilmuwan, praktisi dan pemerintah dari negara anggota dan terdapat sekitar 170 naskah akademik yang disampaikan dalam berbagai sesi.

Indonesia menghimbau sekaligus mengajak dunia internasional untuk memberikan perhatian secara serius dan nyata dalam menyelamatkan terumbu karang serta sumber daya perikanan yang berada di wilayah Segitiga Karang. Seperti diketahui bahwa kawasan segitiga terumbu karang (coral triangle) merupakan wilayah lautan dikenal kaya akan biodiversitas biologi serta besarnya potensi kekayaan hayati laut. Hal ini disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo dalam forum internasional tersebut. Sharif menyampaikan kesiapan dan komitmennya Indonesia terhadap program-program  Coral Triangle Initiative-Coral Reefs, Fisheries and Food Security  (CTI-CFF) dengan menjadikannya sebagai kerangka kerja pelaksanaan dari konsep ekonomi biru (blue economy).

Konsep ekonomi biru (blue economy) fokus pada sektor kelautan dan perairan dengan menekankan keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan daya dukung lingkungan sehingga dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat luas. Di sisi lain lanjutnya, ekosistem kelautan yang sehat dapat menunjang hajat hidup masyarakat, serta pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Penerapan konsep ekonomi di sektor kelautan dan perikanan diharapkan dapat mendorong pembangunan ekonomi yang lebih seimbang antara pemanfaatan sumber daya dan upaya melindungi lingkungan. Hal ini karena akan lebih banyak aktivitas ekonomi yang berkembang di sektor kelautan dan perikanan. Dengan konsep itu pula diharapkan terjadi perubahan orientasi kebijakan dan keseimbangan antara pembangunan berbasis daratan dan kelautan.

Pelestarian terumbu karang akan mendukung konsep blue economy sebagai paradigma baru pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Prinsip blue ocean-blue sky adalah tatanan ekonomi dengan sistem produksi efisien tanpa limbah dan diimbangi dengan pengendalian pola konsumsi. Tujuannya untuk menekan keserakahan manusia sehingga mendorong ekonomi terus maju, tapi langit dan laut tetap biru.
Dalam KTT Bumi Rio+20 yang sudah berlangsung pada 20-22 Juni lalu, forum tersebut menyepakati untuk memperkuat komitmen bersama terhadap pelaksanaan program-program CTI-CFF yang tertera pada Rencana Aksi Regional (RAR) dan Rencana Aksi Nasional (RAN). Rencana Aksi tersebut sangat komprehensif dalam berbagai program pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan dan merupakan hasil dari kesepakatan enam negara ketika mendeklarasikan terbentuknya inisiatif regional CTI-CFF pada 2009 di Manado.


Kawasan Segitiga Terumbu Karang Dunia di Indo-Pasifik

"Peran terumbu karang terhadap kehidupan jauh lebih besar daripada yang kita pahami sekarang... Apabila ada sebuah perairan dengan terumbu karang maka akan ada tumbuhan dapat hidup sehingga hidup pula di situ invertebrata dan ikan. Sebaliknya, dimana tidak ada lagi terumbu maka tidak ada ikan, padahal ketergantungan masyarakat terhadap produksi ikan laut cukup tinggi."
(Diane Kleine, Project Manager dari Coral Watch-University of Queensland, Brisbane, Australia)
Dewasa ini terumbu karang mengalami sejumlah tekanan serius yang mengancam kelestariannya seperti perubahan iklim, pemutihan karang (coral bleaching) akibat kenaikan suhu air, penangkapan ikan yang merusak, pencemaran, dan sedimentasi. Sebuah laporan dari International Coral Reef Symposium di Cairns, Australia mengutarakan bahwa lebih dari 85% terumbu karang di kawasan Segitiga Karang 9 Coral Triangle) Asia kian terancam terutama akibat berbagai aktivitas manusia dan perubahan iklim. Ancaman tersebut datang dari berbagai hal seperti pembangunan di kawasan pesisir pantai, polusi, dan penangkapan ikan secara besar-besaran.

International Coral Reef Symposium sendiri digelar sekali setiap empat tahun dan diikuti lebih 2.000 ilmuwan dari 80 negara untuk menyampaikan berbagai kemajuan terbaru dalam konservasi terumbu karang. Hasil riset dan temuan para ilmuwan tersebut dianggap fundamental untuk menginformasikan bermacam kebijakan nasional dan internasional serta pemanfaatan berkelanjutan terumbu karang secara global. Hasil laporan tersebut juga akan digunakan oleh enam negara (Indonesia, Filipina, Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon) untuk mengembangkan manajamen terumbu karang mereka. Laporan tersebut merupakan kontribusi penting untuk mendukung enam negara Coral Triangle dalam mengambil keputusan-kepusan terkait upaya melindungi sumber daya laut.

Kawasan Segitiga Terumbu Karang atau Coral Triangle meliputi wilayah Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Pilipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Timur. Kawasan tersebut berisikan hampir 30 persen dari terumbu karang dunia dan menaungi lebih dari 3.000 species ikan. Selain itu, ada sekira 130 juta orang yang tinggal di kawasan  Coral Triangle dan mengandalkan ekosistem karang untuk mendapatkan pangan, pekerjaan, dan juga usaha wisata.

Terumbu karang merupakan biota yang menjadi tempat hidup tumbuhan kecil dan alga. Kawasan ini merupakan ekosistem produktif di pesisir, selain bakau dan lamun. Indonesia memiliki 85.000 kilometer persegi ekosistem terumbu karang dan representasi dari 14 persen terumbu karang dunia. Akan tetapi, Indonesia kini hanya memiliki kurang dari 7 persen dari terumbu karang yang kondisinya sangat bagus.

Indonesia berada di wilayah Segitiga Karang yang mencakup 4 dari 25 buah titik keanekaragaman hayati dunia. Segitiga Karang tersebut memiliki luas terumbu karang lebih dari 100.000 kilometer persegi dan ada 76 persen spesies karang dunia tercakup di dalamnya. Selain itu, ada beragam lagi potensi lainnya seperti 45 spesies mangrove, 13 spesies lamun, dan 2.228 spesies ikan.

Sejauh ini memang hasil penelitian terkait terumbu karang menyebutkan bahwa  terumbu karang di wilayah Indo-Pasifik ternyata lebih cepat mengalami pertumbuhan dan perbaikan dibanding terumbu sejenis yang ada di wilayah Karibia. Hal itu seperti diutarakan oleh Dr. George Roff dan Profesor Peter Mumby dari ARC Centre of Excellence for Coral Reef Studies dan Unversitas Queensland, dalam simposium Internasional Terumbu Karang Dunia di Cairns, Australia pada 12 Juli 2012.

Penyebab lebih tangguhnya terumbu karang di kawasan Indo-Pasifik karena memiliki rumput laut lebih sedikit dibanding di Karibia. Akibatnya rumput laut dan terumbu karang di laut saling berebut tempat untuk tumbuh. Jika rumput laut tumbuh lebih lamban seperti kondisi di Indo-Pasifik maka terumbu karangnya akan lebih cepat berkembang. Hal ini akan memberikan keuntungan lebih pada terumbu dibanding rumput laut. Faktor lain yang membuat terumbu karang di kawasan Indo-Pasifik terlindungi adalah melimpahnya ikan-ikan herbivora seperti ikan Botana (Surgeon fish) dan ikan Kakatua (Parrot fish) yang memakan rumput laut sebagai makanan utama mereka. Ada lebih dari 70 spesies dan enam genera ikan Kakatua, sementara di Karibia hanya ada 13 spesies dan dua genera ikan ini. Akan tetapi, hal tersebut tetap saja terumbu di seluruh dunia masih sangat terancam dengan perubahan iklim dan aktivitas manusia.

Keberadaan terumbu karang di Indonesia merupakan salah satu daya tarik wisata bahari negeri ini. Di Indonesia setidaknya ada sekira 600 lokasi menyelam yang tersebar dari Sabang hingga Merauke, sebut saja beberapa di antaranya, yaitu: Pulau Alor dan Pulau Komodo (Nusa Tenggara Timur), Selat Lembeh dan Bunaken(Sulawesi Utara), Laut Banda (Maluku), Pulau Bangka (Bangka Belitung), Kepulauan Karimunjawa(Jawa Tengah), Raja Ampat (Papua Barat), Tulamben dan Nusa Penida (Bali), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Pulau Derawan (Kalimantan Selatan), Pulau Bintan (Riau), Kepulauan Seribu (Jakarta), dan ratusan lokasi menakjubkan lainnya. Oleh karena itu, upaya pelestarian dan pemahaman untuk menjaga terumbu karang sangat penting dan sudah menjadi tanggung jawab bersama.

Foto Credit: Michael Sjukrie

Sumber: http://www.indonesia.travel

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kunjungannya, Tinggalkan komentar untuk perbaikan blog ini.
Pilih "Nama/Url" kalau tidak punya akun google