Responsive Ads Here

Saturday, April 7, 2012

materi yang berlimpah tidak membuat seseorang bahagia

http://a6.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash3/533023_3430123547184_1093220239_33375367_1108401378_n.jpg
Siang itu tampak terasa panas terik sekali. Beberapa mahasiswa nongkrong di bawah sebuah pohon kayu yang rindang dekat parkiran. Tiba-tiba mata mereka tertuju pada sebuah mobil mewah yang melaju dengan cepat menuju parkiran. Dengan tergesa-gesa seorang ibu muda keluar dari mobil itu dan langsung berteriak, “Tolong ... saya ingin bunuh diri, tapi saya tidak berani!” Kalau tidak menjaga perasaan ibu muda tersebut, para mahasiswa sudah pasti tertawa mendengar teriakan lucu itu.

Dengan cepat beberapa mahasiswa itu berunding. Salah seorang di antara mereka mengusulkan, “Ayo kita bawa saja menemui Pak Ahmad!” Yang mereka sebut Pak Ahmad itu adalah wakil rektor bidang ke mahasiswaan. Para mahasiswa sudah akrab dengan Pak Ahmad. Beliau seorang doktor psikologi dan juga dikenal sebagai ustadz di kampus itu. Mereka pun segera membawa ibu yang stres itu menemui Pak Ahmad. Alhamdulillah, Pak Ahmad berada di tempat. Terjadilah dialog antara Pak Ahmad dan ibu muda tersebut. “Mengapa ingin bunuh diri, Bu,” tanya Pak Ahmad. “Sudah seminggu suami saya tidak mau bertegur sapa dengan saya, Ustadz,” ujarnya. “Sudah berapa lama Ibu menikah?” selidik Pak Ahmad. “Tujuh tahun,” jawabnya. “Selama tujuh tahun menikah itu, apakah suami Ibu sering tidak menegur Ibu?” tanya Pak Ahmad. Ibu itu menjawab, “Tidak Pak. Selama ini hubungan kami baik-baik saja. Baru sekali ini suami tidak mau bertegur sapa dengan saya.” Atas hal itu, Pak Ahmad menyampaikan bahwa ibu itu patut bersyukur karena hubungan antara dia dan suaminya baik-baik saja dan baru seminggu ini mendapat cobaan.

Pak Ahmad pun mengajak ibu itu untuk membandingkan nasibnya dengan ibu-ibu lainnya yang kurang beruntung. Seperti adanya contoh ibu-ibu yang secara lahir dan batin menderita, tidak diberi nafkah yang cukup, dan diperlakukan secara kasar oleh suaminya. Ibu itu pun akhirnya tersadar dan mampu menenangkan diri. Ia juga kemudian rajin berkonsultasi untuk meminta nasihat kepada Pak Ahmad.

Pada suatu kesempatan konsultasi, ibu muda itu menanyakan mengapa materi yang berlimpah tidak membuat seseorang bahagia. Pak Ahmad bertanya, “Apakah Ibu sudah berusaha mencari kebahagiaan itu?” Sebelum ibu itu menjawab, Pak Ahmad bertanya lagi, “Di mana Ibu cari kebahagiaan itu?” Lebih lanjut Pak Ahmad menjelaskan, “Ibu tidak akan bisa mendapatkan kebahagiaan dengan mencari kebahagiaan. Ibu akan mendapatkan kebahagiaan apabila Ibu membagi kebahagiaan kepada orang lain.”

Mendapat jawaban itu, ibu tersebut bertanya lagi, “Bagaimana kita bisa membagi kebahagiaan kepada orang lain kalau kita sendiri tidak pernah merasa bahagia.” Pak Ahmad menjelaskan maksudnya. “Pergilah Ibu berkunjung ke rumah-rumah orang miskin yang lapar. Bawa makanan yang enak-enak, bagikan kepada mereka secara langsung. Ibu saksikan betapa bahagianya mereka menikmati makanan yang ibu bawa. Saat itulah Ibu telah membagi kebahagiaan kepada orang-orang miskin itu. Kebahagiaan mereka akan berpindah kepada Ibu.” Karena itu, bahagiakanlah orang lain, niscaya kebahagiaan juga akan menyertai kita semua. Insya Allah...

Saudaraku, salah satu indikator kebahagiaan adalah melihat orang lain bahagia. Senang melihat orang lain senang, dan merasa sedih melihat orang lain susah, bukan kebalikannya yang akan membuat menjadi iri dan dengki. Seringlah melihat orang-orang yang keadaannya jauh lebih menderita dari kita yang seringkali itu hanyalah permasalahan kecil yang selalu kita anggap besar.

Dan selalu ingat bahwa harta yang abadi yang dibawa meninggal sampai ke akhirat, bukanlah harta yang Anda simpan, tetapi harta yang Anda keluarkan di jalan Allah dengan ikhlas karena Allah..

Dari guru saya yang bijaksana : Prof. DR. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag

Semoga Menginspirasi Kebaikan...

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kunjungannya, Tinggalkan komentar untuk perbaikan blog ini.
Pilih "Nama/Url" kalau tidak punya akun google