ADA hal yang sangat kontradiktif jika kita amati kualitas pemuda
dan sistem pendidikan kita dalam beberapa waktu terakhir. Kriminalitas
dan kenakalan remaja khususnya pelajar SMA sederajat meningkat tajam.
Mulai dari tawuran, pemakaian narkoba, minuman keras, seks bebas bahkan
kriminalitas. Di sisi lain, pelajar kita dan pemuda pada umumnya sangat
“dimanjakan” oleh sejumlah kemudahan dan fasilitas penunjang. Teknologi
informasi berbentuk telepon seluler dan internet seharusnya menjadi
media pembelajaran tanpa batas. Beragam kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah dan les mandiri di rumah juga sangat lengkap, variatif dan
berorientasi pada kompetensi persaingan global. Seperti penguasaan
terhadap sejumlah bahasa asing dan pengaktualisasian bakat emas terutama
di bidang, sains, seni dan ekonomi kreatif.
Jika dua hal kontradiktif di atas, sistem pendidikan dan output yang dihasilkan, berkembang sama pesatnya, pasti ada sesuatu yang salah, kurang atau hilang. Salah satu hal terpenting yang semakin terpinggirkan bahkan nyaris hilang dalam sistem pendidikan kita adalah pelajaran tentang nilai dan moral. Selain pelajaran agama, “ mata pelajaran” lain yang nyaris hilang adalah Pramuka. Sebuah kegiatan yang dua decade lalu bisa ditemui di semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP hingga SMA, bahkan menjadi salah satu kegiatan ekstrakurikuler favorit pelajar kita. Menjadi anggota Pramuka adalah sebuah kebanggan bagi pelajar Indonesia ketika itu.
Pramuka, Riwayatmu Kini
Pramuka hampir tak terdengar kabarnya terutama dalam satu decade terakhir. Ia seolah hilang ditelan kemajuan jaman. Bahkan seragam kebesaran berwarna coklat muda dan tua itu semakin jarang terlihat. Apalagi semangatnya. Anak sekolah jaman sekarang bahkan mungkin tidak tahu dan mengenal apa itu Pramuka.
Pemuda kita terutama para pelajar sekolah, kini lebih akrab dengan teknologi. Tanpa pondasi nilai dan moral yang kuat, teknologi dan hiruk pikuk globalisasi akan membentuk karakter pemuda yang hedonis, pragmatis dan anti social. Mereka tumbuh menjadi generasi yang individualis dan berpikir instan. Kepekaan social kepada sesama dan alam semakin memudar. Banyak fakta dan data yang bertebaran di sekitar kita. Kriminalitas dan kenakalan remaja meningkat tajam. Mulai dari tawuran, pemakaian narkoba, minuman keras, seks bebas bahkan kriminalitas. Jika keadaan ini tidak membaik bahkan bertambah buruk, maka ancaman krisis kepemimpinan pemuda semakin nyata di depan mata.
Sebagai ujung tombak penentu masa depan bangsa, kualitas pemuda di masa sekarang akan mempengaruhi kualitas kepemimpinan mereka di masa mendatang ketika tampuk ke kepemimpinan telah berpindah ke pundak mereka. Untuk menyongosng masa depan bangsa yang gemilang, kita tak hanya butuh pemuda yang berkompetensi tinggi namun juga beriman, bermoral, dan berhati nurani. Semua nilai ini terangkum dalam Pramuka. Sebuah kegiatan yang nyaris hilang dan terlupakan.
Menghidupkan Kembali Pramuka
Pramuka bukan sejarah, tapi ia adalah penentu masa depan. Menghidupkan kembali Pramuka terutama di lingkungan sekolah merupakan salah satu upaya penting untuk menyemai bibit-bibit kepemimpinan dalam diri pemuda sedini dan sebaik mungkin. Mengapa Pramuka penting? Karena kegiatan yang luar biasa ini bisa memberi pengaruh signifikan terhadap pembentukan kepribadian seseorang terutama pemuda. Karakter positif dan pekemimpinan pemuda dapat dibentuk melalui organisasi pramuka. Ketakwaan, cinta alam dan kasih sayang, patriot dan ksatria, patuh dan suka bermusyawarah, rela menolong dan tabah, rajin, terampil dan gembira, dan semacamnya adalah nilai-nilai yang senantiasa diajarkan di dalam kegiatan kepramukaan.
Menghidupkan kembali Pramuka dapat dimulai dengan memasukkannya sebagai pilihan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Jika perlu, dibuat kurikulum khusus untuk Pramuka. Tentu saja kehadirannya harus dikemas sekreatif mungkin agar memiliki daya tarik di mata siswa. Jangan sampai keikutsertaan siswa hanya karena terpaksa. Kita tidak hanya mengedepankan kuantitas namun juga kualitas. Untuk itu, Pramuka harus hadir mengikuti konteks jaman tanpa kehilangan jati dirinya.
Agar tidak terkesan kuno dan membosankan, kegiatan Pramuka harus fun. Cara dan media yang digunakan bisa melalui permainan dan rekreasi. Dua kegiatan yang sangat disukai oleh anak-anak dan remaja. Seiring dengan perkembangan jaman, kegiatan Pramuka juga harus berbasis teknologi informasi dengan tetap mengedepankan aspek social dan kepedulian terhadap lingkungan. Kehadiran teknologi informasi seharusnya juga bisa menjadi sarana untuk menjalin keakraban dan jaringan serta sarana bertukar informasi antar anggota Pramuka di seluruh penjuru dunia. Pramuka harus mengemas dan mempersiapkan dirinya untuk berdimensi global. Dari sinilah pemimpin masa depan berkualitas dan berdaya saing tinggi tengah kita persiapkan. Apalagi Indonesia memiliki jumlah anggota pramuka paling banyak di dunia. World Organization of the Scout Movement (WOSM) telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang memegang peranan penting dalam organisasi kepanduan dunia. Banyaknya anggota pramuka di Indonesia dan peranan pentingnya di tingkat internasional merupakan sebuah potensi besar untuk menyemai sebanyak mungkin benih-benih pemimpin masa depan.
ditulis oleh: Ririn Handayani
Jika dua hal kontradiktif di atas, sistem pendidikan dan output yang dihasilkan, berkembang sama pesatnya, pasti ada sesuatu yang salah, kurang atau hilang. Salah satu hal terpenting yang semakin terpinggirkan bahkan nyaris hilang dalam sistem pendidikan kita adalah pelajaran tentang nilai dan moral. Selain pelajaran agama, “ mata pelajaran” lain yang nyaris hilang adalah Pramuka. Sebuah kegiatan yang dua decade lalu bisa ditemui di semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP hingga SMA, bahkan menjadi salah satu kegiatan ekstrakurikuler favorit pelajar kita. Menjadi anggota Pramuka adalah sebuah kebanggan bagi pelajar Indonesia ketika itu.
Pramuka, Riwayatmu Kini
Pramuka hampir tak terdengar kabarnya terutama dalam satu decade terakhir. Ia seolah hilang ditelan kemajuan jaman. Bahkan seragam kebesaran berwarna coklat muda dan tua itu semakin jarang terlihat. Apalagi semangatnya. Anak sekolah jaman sekarang bahkan mungkin tidak tahu dan mengenal apa itu Pramuka.
Pemuda kita terutama para pelajar sekolah, kini lebih akrab dengan teknologi. Tanpa pondasi nilai dan moral yang kuat, teknologi dan hiruk pikuk globalisasi akan membentuk karakter pemuda yang hedonis, pragmatis dan anti social. Mereka tumbuh menjadi generasi yang individualis dan berpikir instan. Kepekaan social kepada sesama dan alam semakin memudar. Banyak fakta dan data yang bertebaran di sekitar kita. Kriminalitas dan kenakalan remaja meningkat tajam. Mulai dari tawuran, pemakaian narkoba, minuman keras, seks bebas bahkan kriminalitas. Jika keadaan ini tidak membaik bahkan bertambah buruk, maka ancaman krisis kepemimpinan pemuda semakin nyata di depan mata.
Sebagai ujung tombak penentu masa depan bangsa, kualitas pemuda di masa sekarang akan mempengaruhi kualitas kepemimpinan mereka di masa mendatang ketika tampuk ke kepemimpinan telah berpindah ke pundak mereka. Untuk menyongosng masa depan bangsa yang gemilang, kita tak hanya butuh pemuda yang berkompetensi tinggi namun juga beriman, bermoral, dan berhati nurani. Semua nilai ini terangkum dalam Pramuka. Sebuah kegiatan yang nyaris hilang dan terlupakan.
Menghidupkan Kembali Pramuka
Pramuka bukan sejarah, tapi ia adalah penentu masa depan. Menghidupkan kembali Pramuka terutama di lingkungan sekolah merupakan salah satu upaya penting untuk menyemai bibit-bibit kepemimpinan dalam diri pemuda sedini dan sebaik mungkin. Mengapa Pramuka penting? Karena kegiatan yang luar biasa ini bisa memberi pengaruh signifikan terhadap pembentukan kepribadian seseorang terutama pemuda. Karakter positif dan pekemimpinan pemuda dapat dibentuk melalui organisasi pramuka. Ketakwaan, cinta alam dan kasih sayang, patriot dan ksatria, patuh dan suka bermusyawarah, rela menolong dan tabah, rajin, terampil dan gembira, dan semacamnya adalah nilai-nilai yang senantiasa diajarkan di dalam kegiatan kepramukaan.
Menghidupkan kembali Pramuka dapat dimulai dengan memasukkannya sebagai pilihan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Jika perlu, dibuat kurikulum khusus untuk Pramuka. Tentu saja kehadirannya harus dikemas sekreatif mungkin agar memiliki daya tarik di mata siswa. Jangan sampai keikutsertaan siswa hanya karena terpaksa. Kita tidak hanya mengedepankan kuantitas namun juga kualitas. Untuk itu, Pramuka harus hadir mengikuti konteks jaman tanpa kehilangan jati dirinya.
Agar tidak terkesan kuno dan membosankan, kegiatan Pramuka harus fun. Cara dan media yang digunakan bisa melalui permainan dan rekreasi. Dua kegiatan yang sangat disukai oleh anak-anak dan remaja. Seiring dengan perkembangan jaman, kegiatan Pramuka juga harus berbasis teknologi informasi dengan tetap mengedepankan aspek social dan kepedulian terhadap lingkungan. Kehadiran teknologi informasi seharusnya juga bisa menjadi sarana untuk menjalin keakraban dan jaringan serta sarana bertukar informasi antar anggota Pramuka di seluruh penjuru dunia. Pramuka harus mengemas dan mempersiapkan dirinya untuk berdimensi global. Dari sinilah pemimpin masa depan berkualitas dan berdaya saing tinggi tengah kita persiapkan. Apalagi Indonesia memiliki jumlah anggota pramuka paling banyak di dunia. World Organization of the Scout Movement (WOSM) telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang memegang peranan penting dalam organisasi kepanduan dunia. Banyaknya anggota pramuka di Indonesia dan peranan pentingnya di tingkat internasional merupakan sebuah potensi besar untuk menyemai sebanyak mungkin benih-benih pemimpin masa depan.
ditulis oleh: Ririn Handayani
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungannya, Tinggalkan komentar untuk perbaikan blog ini.
Pilih "Nama/Url" kalau tidak punya akun google